DATUK TABANO

Dikenal dengan sebutan Gandulo menjadi Dubalang dari Datuk Tuo dan diberi gelar Datuk Tabano. Gelar ini disematkan oleh Ninik Mamak suku Melayu Datuk Tua dengan kesepakatan kaum persukuan, di Kabupaten Kampar.

Datuk Tabano dikenal memegang kekuasaan ketika negeri sedang carut marut. Dengan memiliki ilmu  kebal diri, Datuk Tabano mampu mempertahankan Limo Koto dari serbuan Belanda yang datang dari hulu. Sementara pusat pertahanan terletak ditepi sungai Kampar di wilayah  batu dinding rantau berangin. Sedangkan pelocuan tonggak di daerah pulau Ompek Kuok.

RAJA ALI HAJI

Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, ca. 1808 - meninggal di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, ca. 1873, masih diperdebatkan) adalah ulama, sejarawan, dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu.

Dia terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia.

RAJA HAJI FISABILILLAH

Sinopsis: Raja Haji Fisabilillah dilahirkan di Kota Lama, Ulusungai, Riau pada tahun 1725. Beliau wafat di Ketapang, 18 Juni 1784. Raja Haji Fisabilillah adalah salah satu tokoh pahlawan Indonesia yang dimakamkan di Pulau Penyengat, Indera Sakti, Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Namanya juga diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah. Raja Haji Fisabililah atau dikenal juga sebagai Raja Haji marhum Teluk Ketapang adalah (Raja) Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV.

TENGKU SULUNG

Sinopsis: Tengku Sulung adalah seorang pejuang kemerdekaan yang memfokuskan perlawanannya terhadap kolonial Belanda di daerah Reteh/Sungai Batang. Tengku Sulung sendiri diperkirakan lahir di Lingga, Kepulauan Riau.

Sejak Kecil, Sulung dididik dengan ajaran Islam yang ketat. Pemahamannya tentang Agama Islam membuatnya tidak suka dengan Belanda. Bahkan Dia tidak mau bekerjasama dengan Belanda dalam bentuk apapun.

TUANKU TAMBUSAI

Sinopsis: Tuanku Tambusai lahir di Dalu-dalu, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. Dalu-dalu merupakan salah satu desa pedagang Minangkabau yang didirikan di tepi sungai Sosah, anak sungai Rokan. Tuanku Tambusai memiliki nama kecil Muhammad Saleh, yang setelah pulang haji, dipanggilkan orang Tuanku Haji Muhammad Saleh.

Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke Bonjol dan Rao di Sumatera Barat. Disana beliau banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya.

SYARIF KASIM II


Sinopsis: Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893 – meninggal di Rumbai, Pekanbaru, Riau, 23 April 1968 pada umur 74 tahun) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Ia dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim.

Sultan Syarif Kasim II adalah seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tidak lama setelah proklamasi dia menyatakan Kesultanan Siak sebagai bagian wilayah Indonesia, dan dia menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden untuk pemerintah republik. Bersama sultan Serdang dia juga berusaha membujuk raja-raja di Sumatera Timur lainnya untuk turut memihak republik.

HANG TUAH

Sinopsis: Banyak cerita dari tokoh pahlawan Melayu Riau, Hang Tuah. Dalam Sulalatus Salatin berbeda, ada yang menyebutkan bahwa ia dahulunya adalah seorang nelayan miskin, sementara versi lain menyebutkan bahwa ia berasal dari keturunan bangsawan Makassar. Hang Tuah memiliki teman sejawat dan seperjuangan, Hang Jebat, Hang Nadim, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Hang Tuah juga terkenal membunuh seorang jawara dari Jawa yang terkenal dengan sebutan Taming Sari, yang di bawah pemerintahan Kerajaan Majapahit. Konon Taming Sari dikenal pandai berkelahi, kebal senjata dan dapat menghilang. Namun, ia dikalahkan Hang Tuah, sehingga dengan membunuh Taming Sari. Lalu kerisnya diambil Hang Tuah dan diberi nama Taming Sari. Menurut cerita keris itu dapat berkuasa kepada pemiliknya untuk menjadi hilang.